BERITA

Caleg Bicara Toleransi | Fadli Zon: Pancasila itu Mempererat

Masyarakat Indonesia pada dasarnya adalah masyarakat yang toleran.

AUTHOR / Luviana

Caleg Bicara Toleransi | Fadli Zon: Pancasila itu Mempererat
caleg, fadli zon, toleransi, caleg toleransi

KBR68H, Jakarta - Menjadi anggota MPR RI pada usia yang relatif sangat muda, 26 tahun, membuat Fadli Zon memantapkan masuk ke jalur politik praktis sebagai pilihan hidupnya. Pada tahun 1997 hingga tahun 1999, dia menjadi anggota MPR RI.

Fadli juga ikut mendirikan Partai Bulan Bintang (PBB) dan menjadi salah satu Ketua hingga akhirnya mundur di tahun 2001. Di tahun 2008, Fadli Zon beralih partai dengan masuk menjadi bagian dari partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) dan menjadi Wakil Ketua Umum hingga kini.

Menurut Fadli Zon, di dapilnya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, nyaris tak ada persoalan intoleransi. Jika terjadi persoalan maka semua harus diajak untuk berdialog. Ia percaya kalau semua masyarakat Indonesia sangat toleran dan tidak menyukai kekerasan.

(baca: LBH Bandung: Jawa Barat Provinsi Paling Intoleran di Indonesia) http://www.portalkbr.com/nusantara/jawabali/2666526_4262.html


Konsep toleransi yang Anda kenal?

“Saya pikir toleransi itu tindakan atau sikap menghargai perbedaan. Bukan malah menjadi suatu hambatan kemanusiaan antar manusia, antar organisasi, antar individu. Saya punya banyak pengalaman hidup bagaimana saling menghargai orang lain. Dulu saya pernah sekolah di Amerika Serikat mengikuti program AFS (American Field Service) ketika SMA. Saya tinggal di sebuah keluarga Katolik di sana. Mereka bisa menerima saya sebagai Islam dan bahkan mengantar saya ke masjid. Saya pikir inilah sikap menghargai perbedaan. Ini hanya salah satu contoh namun saya mengingatnya hingga kini.”

Bagaimana penerapan toleransi di Indonesia menurut Anda?


“Orang indonesia adalah orang yang relatif toleran karena kita sama-sama merasakan bahwa kita mempunyai Pancasila. Dan menurut saya doktrin Pancasila itu sangat mempererat. Misalnya ketika hari libur agama, semua orang bisa libur walaupun yang merayakan hari raya adalah agama lain. Sampai agama minoritas pun mempunyai hari libur agama. Ini tidak terjadi di negara-negara lain. Dan saya pikir ini adalah penghargaan pada agama lain di negara kita.”


Bagimana dengan penghormatan terhadap minoritas dan keyakinan yang berbeda?


“Kita tahu kalau soal sekte, keyakinan berbeda dan aliran tertentu masih menjadi masalah di Indonesia. Bagaimana sikap kita? Menurut saya kita harus mendudukkan ini dengan semua pihak dan jangan sampai membuat resah. Keyakinan yang berbeda ini yang sering menjadi masalah.”

“Di Amerika yang saya tahu juga ada sekte yang meresahkan. Di Indonesia dulu ada Children of God atau COG. Apakah kita akan membiarkan sekte yang meresahkan? Dulu juga ada Lia Eden yang membuat agama baru Salamullah dan melakukan ritual di tengah perkampungan malam-malam memakai baju putih. Menurut saya ini bisa meresahkan masyarakat.”

“Maka masyarakat tetap harus ditanya apakah mereka merasa terganggu atau tidak. Nah kita harus menjaga agar masyarakat juga jangan terganggu. Di Indonesia nilai-nilai ini masih sangat penting. Kita harus menjaga agar tidak meresahkan masyarakat.”

Ketika ada perusakan gereja, masjid, ini sebenarnya persoalan apa?


“Saya pikir ini persoalan penegakan hukum. Jika ada keputusan hukum yang memperbolehkan untuk mendirikan tempat ibadah, maka aparat hukumnya harus melindungi. Namun persoalannya, hukum di Indonesia bisa diatur-atur. Ini yang sering membuat bingung.”

“Makanya cara penyelesaiannya harus duduk dengan masyarakat setempat dan berdialog. Saya kira untuk agama yang merupakan agama resmi yang sudah diterima di 5 agama kita tidak bermasalah ya. Jikalau adapun penegakan hukumnya yang harus dijalankan. Jika hukum sudah dibuat dan tidak ditaati, ini akan menjadi persoalan.”


Di partai Anda isu ini jadi perbincangan atau tidak?


“Partai Gerindra ini khan partai pluralis,  kami punya sayap-sayap agama, seperti Gerakan Muslimin indonesia Raya, Gerakan Kristen Indonesia Raya atau SIRA, kemudian juga Gema Sadhana untuk agama Hindhu dan  Budha, juga Konghucu. Jadi kita sangat menghargai perbedaan ini dan mempunyai tempat yang sama di dalam partai.”

Sebagai caleg apakah Anda mengusung isu toleransi ini dalam program Anda?


“Di Dapil saya sendiri tidak ada persoalan toleransi, yang ada persoalan ekonomi. Tidak ada kasus yang menonjol, lain dengan kota Bogor yang ada persoalan pendirian Gereja Yasmin. Tapi menurut saya toleransi tidak bisa hanya dikampanyekan, namun harus menjadi praktek hidup di masyarakat.”

(baca juga: GKI Yasmin: Wali Kota Terpilih Harus Berani Jalankan Keputusan MA) à hyperlink tohttp://portalkbr.com/nusantara/jawabali/2936495_4262.html

Jika nanti manjadi anggota legislatif, apa yang akan Anda 
ubah dengan isu toleransi di parlemen?

“Kita harus membawa iklim yang dewasa di dalam beragama, menjalankan setiap ajaran dan lebih bnyak interfaith dialog menjalankan aturan dialog. Saya dulu ikut menjadi anggota  Asian Conference on Religion and Peace (ACRP) untuk gerakan dialog antar agama. Saya pikir saat ini dialog antar agama di tingkat nasional sudah sangat bagus, tinggal bagaimana implementasinya ke bawah.”

“Karena masyarakat Indonesia pada dasarnya adalah masyarakat yang toleran. Kalaupun ada benih radikalisme,  ideologi luar yang masuk dan bahkan munculnya rasa frustasi karena persoalan ekonomi yang berujuang pada kekerasan. Solusinya harus berdialog dan duduk bersama.”


Tulisan ini adalah bagian dari serial #calegbicaratoleransi yang dihadirkan PortalKBR untuk membantu masyarakat mengenal calon anggota legistlatif yang maju dalam Pemilu 2014 April mendatang. Isu toleransi kami pilih mengingat Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan perbedaan dan sudah sepatutnya para caleg sadar akan kekayaan ini. Caleg DPR RI dipilih secara acak – baik nama, partai maupun daerah pemilihannya. Ikuti juga Kenali Caleg yang membantu Anda memilih satu dari 6607 caleg yang maju di Pemilu 2014.

è http://www.portalkbr.com/kenalicaleg/





Ed

 

 

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!